0% found this document useful 0 votes3K views11 pagesOriginal TitlePILIHAN GANDA SOAL sejarah 1Copyright© © All Rights ReservedShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes3K views11 pagesPILIHAN GANDA SOAL Sejarah 1Original TitlePILIHAN GANDA SOAL sejarah 1Jump to Page You are on page 1of 11 PKBKJFH LFHGF Pkbkjbfj Dfwfifh [fhl ierkaut yfhl tkgfa tepft terafkt Perfhl Gkhlkh fgfbfj …… yfhl mebkiftafh guf Helfrf fgkgfyf guhkf, Fmerkaf _erkaft gfh Uhk _cvket sftu nfotcr pemkou achnbka fgfbfj periegffh kgecbcly fhtfrf Fmerkaf _erkaftgfh Uhk sftu upfyf yfhl gkbfauafh Fmerkaf _erkaft uhtua memiehguhl pehyeifrfhpehlfruj acmuhks fgfbfj memiehtua pfatf-pfatf mempereiutafh pehlfruj gk guhkf aetklf, Fmerkaf _erkaft gfh Uhk _cvketmebfauafh sedumbfj khtervehsk pcbktka ae ieierfpf Fmerkaf _erkaft gfh Uhk _cvket sebfmf perkcge Perfhl Gkhlkh ieruduhl pfgf achnbka ftfu peperfhlfh seofrf bfhlsuhl fhtfrf aeguf ierkaut khk yfhl tkgfa termfsua pehyeifi Perfhl Gkhlkh fgfbfj …… Uhk _cvket sfmpfk ae Ercpf Ifrft periegffh kgecbclk gk fhtfrf aeguf Helfrf _erkaft tfaut fafh afpfsktfs sehdftf huabkr Uhk helfrf fgkgfyf iereiut pehlfruj gfh aepehtkhlfh gk guhkf _cvket mehlfhofm mehyeifrbufsafh acmuhksme gk Fmerkaf _erkaft?.Uhk _cvket gfh Fmerkaf _erkaft terbkift gfbfm perfhl prcask sebfmf Perfhl ierkaut yfhl tepft uhtua mehgenkhkskafh perfhl prcask fgfbfj …… Helfrf fgkgfyf memfhnffafh achnbka khterhfb gk Helfrf guhkf aetklf uhtua mehguguak Helfrf Helfrf fgkgfyf sfbkhl ierperfhl gk Helfrf bfkh yfhl terbkift achnbka uhtua mehyeifrbufsafh Helfrf fgkgfyf ierupfyf memehfhlafh pertfruhlfh kgecbcly gehlfh memfhnfftafh achnbka gk Helfrf guhkf aetklf gkmkhtf guauhlfh sumier gfyf fbfm uhtua mehguauhl perfhlteriuaf gkfhtfrf aeguf Helfrf guhkf aetklf ierperfhl mebfwfh sfbfj sftu Helfrf fgkgfyf afrehfgkfhllfp pctehskfb mehdfgk pehdfdfj khncrmfsk ierkaut 46Wkgfa fgf pemkbkjfh umum9Khgkvkgufbkstks?Acmuhks 7Jfa Fsfsk Mfhuskf5Gemcarftks>_ehscr tctfb terjfgfp persAeikdfafh yfhl gkterfpafh gk Fmerkaf _erkaft yfhl gkpehlfrujk cbej kgecbclk yfhlgkfhuthyf gktuhduaafh hcmcr …… ?, gfh 5 7, gfh > ?, gfh 7 7, gfh 5 E.?, 7, gfh > fhtfrf aeguf Helfrf sugfj terbkjft sebfmf Perfhl Guhkf KK. Gfbfmtugujfh _tfbkh, mksfbhyf, _eautu gehlfh sehlfdf mehlubur-ubur wfatu mehyerfhlsfsfrfh-sfsfrfh Dermfh gk Hcrmfhgkf, Prfhoks, gehlfh tudufh uhtua …… mfsuahyf acmuhksme gk pehguguafh Prfhoks cbej Uhk pehfabuafh Uhk _cvket cbej seburuj Ercpf, aeoufbk Khllrks, jfhour cbej seiflkfh iesfr aeauftfh Dermfh bebufsf mehljfhourafh Uhk _cvket >.Pfgf fajkr tfjuh 6;5>, tkmiub perpeofjfh gk fhtfrf pfrtfk-pfrtfk acmuhks guhkf, ifka gkIfrft mfupuh gk Ibca Wkmur. Perpeofjfh terseiut tkmiub seiflfk fakift gfrk …… irutfb _cvket ftfs Yevcbusk Juhlfrkf Uhk _cvket uhtua memiehtua Pfatf \ Uhk _cvketuhtua terbkift gfbfm achnbka Wkchlaca Ajrusojev memebcpcrk prcses gestfbkhksfsk gk Uhk Ajrusojev yfhl ierubfhl afbk mehlfhofm Ifrft gehlfh sehdftf khncrmfsk ierkaut 6Khtelrfsk eachcmk gehlfh Ifrft fafh memkou Helfrf-helfrf Ibca Wkmur uhtua memksfjafh gkrk gfrk aehgfbk _cvket.9Mfrsjfbb Pbfh gktuguj seiflfk upfyf Fmerkaf _erkaft ‒memiebk” Ercpf flfr ierpkjfa aepfgf Fmerkaf _erkaft.?Aemfdufh Ercpf Ifrft fafh mehkmiubafh fhofmfh iflk Uhk _cvket7Mfrsjfbb Pbfh mehlfhllfp remej aemfmpufh eachcmk Uhk _cvket5Mfrsjfbb Pbfh jfhyf gktuduafh iflk Helfrf-helfrf gk Ercpf Wkmur Fbfsfh _tfbkh merfsf ajfwftkr gfh terfhofm gehlfh fgfhyf Mfrsjfbb Pbfh gktuhduaafhhcmcr …… 9, gfh ? 9, gfh 7 ?, gfh 7 ?, gfh 5E.?, 7, gfh 5;.Wudufh utfmf Uhk _cvket memiehtua Ocmeoch pfgf 6;7< fgfbfj …… flfr tkhlaft pereachcmkfh Ibca Wkmur setfrf gehlfh Ifrft iehtua prctes ftfs skafp prcvcaftkn Ifrft memiehtua Mfrsjfbb aepfgf Ifrft ifjwf Uhk _cvket mfmpu memifhluh Ibca flfr Helfrf-helfrf Ibca Wkmur tetfp ierfgf gk ifwfj pehlfruj Helfrf-helfrf Ibca Wkmur memifsmk uhsur-uhsur nfsksme gk khncrmfsk ierkaut6Mfsyfrfaft Juhlfrkf memiuifrafh pcbksk rfjfskf fbf Uhk _cvket9Mfsyfrfaft Juhlfrkf memkbkj uhtua tetfp ierlfiuhl gfbfm Pfatf \frsfwf?Upfyf mehehtfhl pemerkhtfjfh acmuhks Juhlfrkf yfhl gkguauhl Uhk _cvket7Mfsyfrfaft Juhlfrkf ierdfhdk uhtua mehyebehllfrfafh pemkbkjfh umum yfhl ieifggfh gemcarftks Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
BABII PEMBAHASAN 1. Perkembangan Ilmu pengetahuan di Dunia Islam dan Barat A. Zaman Pra-Yunani Kuno (4.000.000 sd. 20.000 SM) Pada zaman ini manusia masih menggunakan batu sebagai peralatan, oleh karena itu zaman ini. 2. disebut juga zaman batu. Sisa peradaban manusia yang ditemukan pada masa ini antara lain: a.
Home Eropa Sabtu, 20 Agustus 2022 - 0601 WIBloading... Presiden RI Soekarno sangat akrab dengan PM Uni Soviet Nikita Khrushchev kiri. Foto/Life/John Dominis A A A MOSKOW - Presiden pertama Indonesia Soekarno dikenal memiliki banyak sahabat dari mancanegara, termasuk para pemimpin negara yang sangat tersohor di eranya. Sebut saja Presiden Republik Rakyat China Mao Zedong, Presiden Amerika Serikat AS John F Kennedy, dan PM India Jawaharlal Nehru. Nama Perdana Menteri PM Uni Soviet tahun 1958-1964, Nikita Khrushchev, juga masuk dalam jajaran sahabat karib Soekarno. Satu kisah yang terkenal tentang Soekarno dan Khrushchev adalah ketika sang Proklamator meminta PM Soviet itu untuk menemukan makam Imam Bukhari, seorang perawi hadits Nabi Muhammad SAW paling terkenal. Baca Juga Kala itu Khrushchev mengundang Soekarno bertandang ke Moskow. Soekarno menyanggupi, asalkan Khrushchev mampu menemukan makam Imam Bukhari. Saking dekatnya hubungan mereka, Khrushchev mengiyakan syarat itu dan langsung meminta anak buahnya mencari ke tiap penjuru negeri. Karena gagal, Soekarno enggan memenuhi permintaan Khrushchev untuk mengunjungi Moskow. Soekarno tetap teguh pada pendiriannya untuk meminta agar makam tersebut bisa ditemukan. Baca Juga Khrushchev meminta anak buahnya untuk terus mencari dan menghimpun informasi dari berbagai pemuka agama Islam di Samarkand. Hingga akhirnya, makam tersebut berhasil ditemukan. uni soviet rusia perdana menteri soekarno presiden sukarno Baca Berita Terkait Lainnya Berita Terkini More 1 jam yang lalu 2 jam yang lalu 3 jam yang lalu 3 jam yang lalu 4 jam yang lalu 4 jam yang lalu
Bahkan dalam buku yang sebagian isinya adalah kompilasi pemberitaan terkait PDI dan kasus 27 Juli memberikan 93 halaman disertai foto, pada tragedi itu, yang saat itu diduga direncanakan dan dilakukan aparat. Pemaparan Kasus 27 Juli diawali dengan deskripsi pada halaman 147. Pukul 07.00 pagi, 27 Juli 1996. Moskow - Enam bulan setelah kematian Joseph Stalin, seorang politikus bernama Nikita Khrushchev menggantikannya sebagai Sekretaris Pertama Partai Komunis Uni Soviet. Lahir dari keluarga petani Ukraina pada tahun 1894, Khrushchev bekerja sebagai mekanik tambang sebelum bergabung dengan Partai Komunis Soviet pada tahun 1918. Pria kelahiran 15 April 1894 tersebut berangkat ke Moskow pada tahun 1929 dan pada 1938 ia diangkat menjadi Sekretaris Pertama Partai Komunis Ukraina. Dubes China Minta Hak Kebebasan Berbicara Harus Dijamin Ukraina Kenang Genosida Tatar Crimea oleh Uni Soviet, Ungkap Rakyatnya Bertahan dan Berjuang Dijajah Rusia Warna-warni Kembang Api Meriahkan Hari Kemenangan Rusia di Perang Dunia 2 Sejak saat itu, sosok Khrushchev menjadi orang dekat Joseph Stalin, pemimpin otoriter Uni Soviet sejak 1924. Pada tahun 1953, Stalin mangkat dan Khrushchev harus berhadapan dengan Georgy Malenkov untuk menduduki posisi sebagai Sekretaris Pertama Partai Komunis Uni Soviet. Faktanya, Khrushchev memenangkan perebutan kekuasaan. Dan Malenkov dijadikan perdana menteri, sebuah jabatan seremonial. Pada tahun 1955, Malenkov digantikan oleh Nikolai Bulganin, sosok yang didukung Khrushchev. Pada tahun 1956, di Kongres partai ke-20, Khrushchev mencela Stalin dan kebijakan totaliternya. Tindakannya memicu pelepasan jutaan tahanan politik. Dan segera setelahnya atmosfer kebebasan baru menyebabkan pemberontakan anti-Soviet di Polandia dan Hongaria. Kebijakan Khrushchev sendiri tidak mendapat dukungan dari seluruh kalangan di Partai Komunis. Kalangan garis keras diketahui menentangnya bahkan pada Juni 1957 ia nyaris digulingkan dari jabatannya sebagai Sekretaris Pertama. Khrushchev pun mengambil tindakan "menyingkirkan" anggota partai yang menentangnya dan pada tahun 1958, ia bersiap melangkah menjadi perdana menteri. Momen 27 Maret 1958, Uni Soviet memilih dengan suara bulat menjadikannya sebagai perdana menteri dan peristiwa itu secara formal menjadi pengakuan atas sosoknya sebagai pemimpin Uni Soviet. Dalam urusan luar negeri, kebijakan Khrushchev salah satunya adalah "koeksistensi damai" dengan Barat. Ia mengatakan, "Kami menawarkan kepada negara-negara kapitalis persaingan damai", demikian seperti dikutip dari History. Tak hanya itu, di bawah Khrushchev, Soviet juga mencapai keunggulan dalam perlombaan di bidang angkasa luar dengan meluncurkan satelit dan astronaut pertama negara itu. Pada masa pemerintahannya, Khrushchev juga melakukan kunjungan ke AS pada tahun 1959 dan peristiwa itu dianggap sebagai babak baru dalam hubungan kedua negara meski pada awal 1960-an relasi Washington-Moskow kembali menurun. Krisis rudal Kuba, krisis pertanian di dalam negeri, dan kemunduran hubungan Soviet-China akibat kebijakan Khrushchev menyebabkan pertentangan terhadap dirinya meningkat. Pada 14 Oktober 1964, Leonid Brezhnev, anak didik dan wakil Khrushchev, memimpin sebuah kudeta yang berhasil. Khrushchev tiba-tiba mengundurkan diri sebagai Sekretaris Pertama dan PM. Beberapa tahun setelah pensiun, tepatnya 11 September 1971, ia wafat akibat serangan jantung di rumah sakit di dekat apartemennya di Moskow. Surat kabar Pravda memuat pengumuman kematian Khrushchev hanya sepanjang satu kalimat. Sedangkan media Barat memuat liputan yang lebih panjang. Koresponden kawakan The New York Times di Moskow, Harry Schwartz, menulis, "Khrushchev membuka pintu dan jendela bangunan yang telah membatu. Ia biarkan udara dan gagasan segar masuk, menghasilkan perubahan yang, seperti telah ditunjukkan waktu, bersifat mendasar dan tak dapat diubah". Sementara itu, 12 September 1953 juga merupakan momen penting bagi trah Kennedy karena pada hari itu John F. Kennedy menikah dengan Jacqueline Bouvier. Pasangan yang kelak menjadi keluarga nomor satu di Amerika Serikat tersebut mengikat janji suci di Newport, Rhode Island. Dalam peristiwa terpisah, terjadi kudeta di Turki pada 12 September 1980. Kudeta yang dilancarkan oleh Jendral Kenan Evren tersebut merupakan kali ketiga setelah pemberontakan pada 1960 dan 1971.* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan. PandanganKhrushchev yang menonjol terkait hubungan dengan Barat adalah. answer choices tidak ada perdamaian tanpa perang kapitalisme akan hancur dengan sendirinya tanpa perang Uni Soviet dapat menerima hal-hal positif dari kapitalisme Uni Soviet mustahil hidup berdampingan secara damai dengan Barat Mungkin maksud kamu "Pandangan Khrushchev yang menonjol terkait hubungan dengan Barat adalah ..."Jawabannya adalah kapitalisme akan hancur dengan sendirinya tanpa lebih jelasnya, yuk simak penjelasan Sergeyevich Khrushchev adalah pemimpin Uni Soviet pada tahun 1953-1964. Ia dikenal karena melakukan proses destalinisasi, yaitu upaya untuk menghapus segala pengaruh Stalin di bidang politik. Khrushchev dikenal dengan pandangannya terhadap kapitalisme yang dianut oleh bangsa-bangsa Barat. Menurutnya, kapitalisme akan hancur dengan sendirinya tanpa perang dan komunisme akan demikian, pandangan Khrushchev yang menonjol terkait hubungan dengan Barat adalah kapitalisme akan hancur dengan sendirinya tanpa perang.- Februari 1960 menjadi bulan paling bersejarah bagi hubungan diplomatik Indonesia dan Uni Soviet. Untuk pertama kalinya setelah perang, Uni Soviet dengan diwakili Perdana Menterinya, Nikita Sergeyevich Khrushchev, berkunjung secara resmi ke Indonesia. Tak tanggung-tanggung, ia beserta rombongan menghabiskan waktu di Indonesia selama dua pekan. Selain Jakarta, Khrushchev juga berkunjung ke berbagai tempat, antara lain Bogor, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, dan Bali. Selama kunjungan, sambutan meriah ditunjukkan pemerintah Indonesia dan rakyatnya, meski sempat muncul nada sumbang pada kehadiran kepala pemerintahan negara komunis terbesar di dunia saat itu. Khrushchev beserta rombongan tiba di Indonesia pada 18 Februari 1960 di Lapangan Udara Kemayoran, Jakarta. Kedatangan mereka disambut meriah Presiden Sukarno beserta jajaran kabinet. Malam harinya, pemerintah Indonesia mengadakan jamuan makan malam di Istana Indonesia dan Uni Soviet Dalam pidato sambutan acara jamuan makan malam, seperti dikutip dari "Inventaris Arsip Pidato Presiden RI 1958-1967, Pidato Presiden Sukarno" koleksi Arsip Nasional Republik Indonesia ANRI, Sukarno mengatakan bahwa kedatangan Khrushchev merupakan simbol persahabatan Indonesia dengan Uni Soviet. Bagi Sukarno, Khrushchev adalah simbol perdamaian dunia, seorang tokoh yang konsisten menentang kolonialisme dan imperialisme, sejalan dengan apa yang diperjuangkan Sukarno dan pidatonya, Sukarno juga menekankan bahwa rakyat Indonesia adalah rakyat yang berjuang untuk kemerdekaan, masyarakat adil dan makmur, dan perdamaian. “Memang perjuangan rakyat Indonesia yang telah berjalan berpuluh-puluh tahun ini bisa dimasukkan dalam tiga kerangka,” ungkap adalah perjuangan membebaskan Indonesia dari kolonialisme dan imperialisme dan mendirikan satu negara Republik Indonesia yang merdeka seratus persen. Kedua, membangun Republik Indonesia sebagai satu masyarakat adil dan makmur, tanpa penghisapan manusia kepada manusia. Ketiga, meletakkan Republik Indonesia dalam hubungan persahabatan dengan semua bangsa-bangsa di muka Bumi. Menanggapi pidato sambutan Sukarno, seperti termaktub dalam "Inventaris Arsip Pidato Presiden RI 1958-1967, Pidato Perdana Menteri Khrushchev" koleksi ANRI, Khrushchev mengapresiasi sambutan pemerintah dan rakyat Indonesia atas kedatangannya dengan pidato yang tak kalah meriah. Ia memperkuat apa yang disampaikan Sukarno bahwa Uni Soviet selalu menaruh simpati pada bangsa-bangsa yang berjuang untuk kemerdekaan. Sebelum menutup sambutannya, Khrushchev mencoba membandingkan kekayaan yang dimiliki negerinya dengan apa yang dimiliki Indonesia. Ia berucap bahwa Indonesia adalah negeri yang kaya raya, tetapi menurut dia negerinya juga tidak kalah kaya. “Segala sesuatu yang dipunyai oleh Indonesia juga dipunyai oleh Uni Soviet, barangkali dengan pengecualian buah-buahan yang lezat sekali di sini, dan satu perbandingan lagi, kami di Uni Soviet ada banyak salju, di Indonesia tidak ada sama sekali,” kata Khrushcev, yang disambut gelak tawa hadirin dalam jamuan makan akhir pembicaraan, Khrushcev berseloroh, “Tetapi saya tidak mau menyembunyikan bahwa juga ada perselisihan antara saya dengan sahabat saya Bung Karno. Dan malahan perselisihan itu barangkali bisa tumbuh kalau saya diberikan tekanan terus. Perselisihan itu antara lain adalah bahwa di sini banyak sekali makanan dan saya dipaksakan terus agar makan semua.”Dicibir Gara-Gara Komunis Sehari kemudian, rombongan dari Negeri Beruang Merah itu dibawa Sukarno mengunjungi proyek pembangunan kompleks Asian Games 1962 di Kebayoran Baru, Jakarta. Kunjungan itu juga sebagai bentuk ucapan terima kasih atas bantuan pemerintah Uni Soviet berupa pinjaman berbunga rendah dan technical experts untuk membangun fasilitas Asian Games. Dalam "Inventaris Arsip Pidato Presiden RI 1958-1967, Pidato Sukarno Pada Kunjungan Khrushchev di Kompleks Asian Games" koleksi ANRI disebutkan, Khrushchev diberi kehormatan untuk memancangkan pancang beton nomor seratus bagi landasan stadion utama. Pada kunjungan ke Surabaya, 22 Februari 1960, Khrushchev mendapat sambutan meriah dari rakyat ibu kota Jawa Timur itu. Diperkirakan satu juta manusia menyambut kedatangannya. Namun, kedatangan Khrushchev juga memunculkan cibiran dari sebagian orang. “Saya tadi mendengar ucapan seseorang; olah apa, Bung Karno iki nggawa komunis nang kene? Mengapa Bung Karno membawa orang Komunis kemari?. Saya bertanya, lantas mau apa? Apa orang komunis itu setan? Tidak saudara-saudara, sama-sama manusia dengan kita, apalagi Perdana Menteri Khrushchev pemimpin daripada satu negara yang bersahabat dengan kita, pemimpin negara daripada negara yang rakyatnya berjumlah 212 juta manusia,” terang Sukarno dalam sambutannya ketika rombongan Khrushchev tiba di Surabaya ANRI, "Inventaris Arsip Pidato Presiden RI 1958-1967, Pidato Sukarno Pada Kunjungan Khrushchev di Surabaya", nomor arsip 168. Melanjutkan tanggapannya atas omongan miring tersebut, Sukarno melempar guyonan.“Coba lihat Perdana Menteri Khrushchev yang tadi berdiri di hadapan saudara-saudara orangnya tidak tinggi, malahan rada-rada lemu agak gemuk, amat sederhana sekali. Jadi sebenarnya, maaf, seribu maaf, manusia sederhana yang duduk di belakang saya ini yang badannya pendek, maaf seribu maaf, agak gemuk, beliau mewakili rakyat Soviet ditambah dengan rakyat negara-negara sosialis lain, paling sedikit juta manusia. Tidakkah kita bangga bahwa kita didatangi oleh orang yang mewakili juta manusia?” Berharap Persahabatan yang Kekal Seusai menyelesaikan kunjungan di Surabaya, rombongan Khrushchev bergerak menuju Bali. Pada 25 Februari 1960, rombongan sampai di Denpasar. Sepanjang jalan, tak kalah dengan daerah lain, rakyat Bali menyambut kedatangan rombongan dari Uni Soviet itu dengan gegap gempita. Setelah mengunjungi Bali, tamu rombongan kembali ke Jakarta dan menuntaskan lawatan kenegaraan Uni Soviet di Indonesia pada 1 Maret 1960. Khrushchev dan rombongan kembali bertolak ke negerinya melalui Lapangan Udara Kemayoran, Jakarta. Dalam sambutan penutup, Khrushchev mengatakan bahwa persahabatan Indonesia dan Uni Soviet akan semakin erat karena persamaan cita-cita dan tekad. Atas dasar itulah persaudaraan dua negara ini akan terus berdiri teguh. “Dan oleh karena dasar-dasar yang objektif, maka saya yakin persahabatan Indonesia dan Uni Soviet akan berlangsung kekal,” ujar Khrushchev. Pidato tersebut disambut baik oleh Sukarno. Presiden pertama RI itu menyatakan “Antara Moskow dan Jakarta terpisah jarak kurang lebih 10 ribu kilometer, tetapi dengan teknik modern telah membuat jarak itu menjadi amat pendek. Lebih daripada itu, cita-cita yang sama [...] Dengan adanya cita-cita yang sama, rasa simpati yang kuat, rasa cinta yang mendalam itu, maka kami rasakan jarak Moskow dan Jakarta menjadi dekat. Moga kita bertemu kembali, hiduplah persahabatan Uni Soviet-Indonesia.”Tujuh tahun setelah kunjungan Khrushchev, Sukarno dilengserkan dari jabatannya sebagai presiden. Suksesornya, Soeharto yang anti-komunis, memutus hubungan persahabatan dan diplomatik dengan Uni Soviet. Berpuluh tahun kemudian, pada awal 1990-an, hubungan tersebut dipulihkan kembali setelah rezim komunis Uni Soviet runtuh. - Humaniora Reporter Faishal Hilmy MaulidaPenulis Faishal Hilmy MaulidaEditor Ivan Aulia Ahsan. 436 271 254 147 27 275 132 462